KOTA, SIDOARJONEWS.id – Menyediakan infrastruktur yang menunjang mobilitas warga kota merupakan kewajiban yang harus dipenuhi pemerintah kota/kabupaten. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) salah satunya.
JPO merupakan sarana khusus bagi pejalan kaki agar merasa nyaman dan aman saat menyeberang jalan raya. Namun, alih-alih memberikan rasa nyaman, JPO yang berada di Jenggolo Sidoarjo ini justru jauh dari kesan nyaman.
JPO yang terletak di sebelah jalan stadion ini terlihat kusam dan kotor. Di sela-sela tangga terdapat beberapa karung berisi botol plastik bekas. Anak tangganya pun terlihat kotor dan berdebu. Siapapun yang melihatnya pasti menduga bila JPO ini telah lama tidak dibersihkan.
Ada pula beberapa bagian dari bangunan JPO Jenggolo ini tak luput dari ulah tangan-tangan nakal yang membubuhkan coretan-coretannya. Itu menambah kesan kumuh sarana keamanan penyeberangan bagi pejalan kaki ini.
Kondisi serupa tampak pula begitu naik ke atas. Lorong panjang JPO tersebut tampak kotor penuh debu. Beberapa spanduk bekas juga terlihat diletakkan sembarangan begitu saja.
Nampaknya, bangunan JPO ini lebih banyak berfungsi sebagai alat memasang baliho iklan daripada digunakan pejalan kaki untuk menyeberang jalan.
Padahal wilayah tersebut terdapat beberapa sekolah dan perkantoran. Para siswa dan karyawan tentu butuh JPO tersebut untuk menyeberang dengan aman. Namun karena kondisinya yang kumuh, membuat mereka enggan menyeberang menggunakan JPO.
Feby, salah seorang pejalan kaki yang melintas, mengaku risih dengan keadaan JPO yang kotor. Karena kondisi JPO kumuh, ia mengaku biasanya menyeberang langsung di bawah. Memang tepat di bawah JPO terdapat satu bagian pagar pembatas jalan terlepas.
“Biasanya lewat situ kalau ada barengannya. Orang-orang juga lebih sering lewat situ,” ujarnya, Rabu (2/9).
Dia tahu, perbuatannya memaksa menyeberang jalan melewati pagar yang copot itu berbahaya. Namun, ia mengaku terpaksa karena merasa risih dan takut saat menyeberang di JPO. Terlebih ketika malam hari, suasana di lorong JPO cenderung sepi dan suram.
“Takut kalau malam lewat atas. Sepi dan remang-remang. Ditambah lagi baliho iklan yang besar kan bikin orang-orang tidak bisa lihat dari luar. Kalau ada orang jahat, orang-orang gak bisa lihat dari bawah,” jelasnya.
Meski demikian, satu hal yang patut dipahami, kebersihan JPO bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat juga harus turut menjaga dan merawat fasilitas publik tersebut. Diantaranya dengan tidak sembarang membuang sampah dan mencoret-coret dinding bangunan. Semoga fasilitas publik di Sidoarjo dapat semakin indah dan nyaman bagi warga. (Fendra)