TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id – Menjelang datangnya Bulan Suci Ramadan, umat muslim mempunyai tradisi ziarah kubur. Seperti juga yang dilakukan warga korban luapan lumpur Porong. Bedanya, mereka hanya bisa berziarah dari atas tanggul. Sebab, makam kerabat mereka telah terendam lumpur hampir 14 tahun lalu.
Salah satu warga yang melakukan ziarah kubur adalah Abdul Fatah. Dia bersama keluarga dan para santri terlihat khusyuk berdoa di atas tanggul penahan lumpur Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin, Kamis (23/4/2020) sore. Setelah selesai berdoa, ia bersama belasan santri melakukan tabur bunga.
“Setiap tahun, ziarah kubur seperti ini rutin kami lakukan. Bisanya ya dari atas tanggul, karena makam orang tua sudah tenggelam,” terangnya.
Fatah adalah pengasuh sebuah pondok pesantren yang dulu berada di Desa Ketapang. Saat ini, Fatah tinggal di Perumahan Kahuripan Nirwana Village (KNV) Sidoarjo dan mengembangkan pondok pesantren lagi.
Warga korban lumpur lain yang terlihat adalah Riris Pujiastuti. Dulu, ia tinggal di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin. Riris bersama kedua anaknya menggelar tikar dan memanjatkan doa, lalu melemparkan bunga di atas bekas pemukiman warga yang kini berubah seperti danau.
“Saat ini kami tinggal di Desa Gedang, Kecamatan Porong. Ya semenjak rumah kami diterjang lumpur tahun 2006 silam,” terangnya.
Ia kemudian berdiri, mencoba mengira-ngira letak rumahnya dulu. Namun gagal. Tak ada tanda apapun di atas lautan lumpur. “Saya ingatnya hanya jalan masuk dari jalan raya. Rumah saya dulu dekat pasar,” imbuhnya.
Di sisi lain, ziarah kubur kali ini mempertemukan dua warga yang terpisah belasan tahun. Keduanya adalah Endang dan Etik Dwi Wulandari. Dulu, mereka adalah warga RT 1, RW II Desa Jatirejo, Kecamatan Porong. Rumah mereka bersebelahan. Saat ini Endang meneruskan usaha toko kelontong di Japanan Pasuruan. Sedangkan Etik berdagang di Pasar Porong. (Satria).