SIDOARJONEWS.id – Tahun Baru Cina atau Imlek dirayakan penuh suka cita oleh warga keturunan Tionghoa.
Imlek merupakan hadiah dari nenek moyang yang wajib dilestarikan bagi warga Tionghoa dimanapun berada, tak terkecuali bagi warga Tionghoa di Indonesia karena hal ini merupakan “Kebersamaan dan tradisi kebaikan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika,”
Imlek harus dimaknai dan dijadikan momentum persatuan. Tidak hanya untuk etnis Tionghoa, melainkan persatuan sesama warga Indonesia.
Dalam konsep kebangsaan Gus Dur, tak ada yang namanya pribumi dan nonpribumi.
Dikotomi semacam itu adalah kesalahan dan gara-gara itu komunitas Cina dinafikan dari nasionalisme Indonesia.
Bagi Gus Dur tak ada yang namanya “keturunan masyarakat asli” di Indonesia, karena bangsa Indonesia dibentuk oleh perpaduan tiga ras, yakni Melayu, Astro-melanesia, dan Cina. Ia sendiri mengatakan dirinya adalah keturunan blasteran Cina dan Arab.
Imlek harus dimaknai dan dijadikan momentum persatuan. Tidak hanya untuk etnis Tionghoa, melainkan persatuan sesama warga Indonesia.
Intinya, kita harus berbuat kebaikan kepada sesama. Karena, kita ini seperti tubuh, satu anggota tubuh sakit, yang lain merasakan dan harus ikut membantu.
Kita mengajak semua bangsa Indonesia untuk berbuat kebaikan kepada sesama tak terbatas oleh sekat-sekat suku, bangsa, ras maupun agama.
Gong Xi Fa Cai, damailah Indonesiaku, tetap bersatu dalam bingkai NKRI dengan memegang teguh Pancasila,”
Penulis : Mohamad Iksan, Padepokan Cinta Tanah Air