KOTA, SIDOARJONEWS.id – PDAM (Perumda) Delta Tirta Sidoarjo genap berusia 44 tahun, Selasa (5/6/2022) lalu. Pada momen spesial ini, PC Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) Sidoarjo mengingatkan kembali pentingnya akses air bersih bagi masyarakat di kawasan pesisir Kota Delta.
BKNU Sidoarjo menilai, akses air bersih di kawasan pesisir masih membutuhkan perhatian serius. Penggunaan air tanah dalam aktifitas sehari-hari termasuk konsumsi tanpa pengolahan yang tepat tak hanya berdampak pada kesehatan warga, namun juga resiko bencana air rob.
“Tingginya angka stunting di Sidoarjo diduga berkaitan dengan gagalnya akses masyarakat mendapatkan air bersih sebagai kebutuhan konsumsi. Sedangkan, air tanah mengandung Pb (besi) yang cukup tinggi. Dan itu dikonsumsi tanpa treatment yang cukup,” ujar Ketua PC BKNU Sidoarjo, Badruzzaman, Rabu (6/6).
Lebih lanjut, Badruzzaman menjelaskan, infrastruktur air bersih (PDAM) membentang di kawasan Tengah-Barat Sidoarjo, seperti rencana pembangunan 11 Distribution Center (DC) umbulan yg membentang di sisi Barat Jalan Nasional. Begitu juga rencana produksi air baku dengan memanfaatkan long storage Kali Mati cukup jauh dan tak efesien bila digunakan untuk memenuhi hajat air bersih kawasan pesisir.
“Padahal, jika disepakati, kawasan pesisir adalah kawasan 0-4 meter dari permukaan air laut (Mdpl), maka 30 persen wilayah Sidoarjo berada di kawasan pesisir. Kawasan pesisir yang terletak di Timur Sidoarjo membentang dari Utara – Selatan, Waru hingga Jabon,” imbuhnya.
Sejatinya, air bersih adalah salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Sejauh mana masyarakat bisa mengakses (memanfaatkan air bersih) untuk memenuhi hajat dasarnya merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
“Bahkan konon, dalam SDGs (Sustainable Development Goals), tujuan pembangunan berkelanjutan ditetapkan sebagai akses universal (100%) dan dalam satu frame dengan infrastruktur sanitasi,” ujarnya.
Tak hanya itu, Badruzzaman juga menyoroti masifnya penggunaan air tanah di kawasan pesisir Sidoarjo. Ia memprediksi bisa memicu penurunan tanah. Terlebih, belakangan ini, pembangunan kawasan Timur Sidoarjo ini begitu pesat. Pembukaan kawasan baru sebagai residential (hunian) maupun industri (komersil) terus tumbuh di kawasan tersebut.
“Dengan kawasan di bawah 4 Mdpl, penggunaan air bawah tanah yang terus menerus akan meningkatkan resiko penurunan tanah (Hazzard). Sebagaimana diketahui, penyebab penurunan tanah selain beban di atas permukaan tanah (bangunan), juga penyedotan fluida (air tanah) yang terus menerus,” jelasnya.
Ia melanjutkan, laju penurunan tanah ini kemudian diperparah dengan tren perubahan iklim dimana secara konsisten naiknya permukaan air laut. Bertemunya penurunan tanah dan naiknya air laut akan meningkatkan potensi terjadinya bencana rob yang akan semakin sering terjadi. (Affendra F)