Big European Night.
Begitu kalimat yang digemakan fans Liverpool jelang menyambut Atletico Madrid di Anfield pada leg II babak 16 besar Liga Champions.
Makna malam besar di Eropa itu ya Liverpool bisa come back alias membalikkan situasi dan lolos ke perempat final. Maksudnya, sang juara bertahan, Liverpool butuh penampilan hebat demi membalikkan kekalahan 0-1 dari Atletico di leg pertama.
Seperti halnya laga leg II semifinal Liga Champions musim 2018/19 lalu, ketika Liverpool yang kalah 0-3 dari Barcelona di kandang lawan pada leg pertama, lantas come back dengan menang 4-0 di Anfield untuk lolos ke final. Itulah yang namanya Big European Night.
Namun, Big European Night itu ternyata tidak bisa muncul setiap malam. Meski, Liverpool hanya butuh menang dua gol, bukan empat gol seperti melawan Barcelona musim lalu, tetapi kali ini lawannya berbeda.
Liverpool sempat unggul dua gol
Yang terjadi Kamis (12/3) pagi tadi, Liverpool tersingkir dari panggung Liga Champions. Liverpool gagal mempertahankan gelarnya setelah kalah 2-3 dari Atletico melalui babak perpanjangan waktu yang dramatis.
Kembali diperkuat kapten tim, Jordan Henderson, Liverpool sejatinya tampil dengan benar di waktu normal. Mereka tampil menyerang demi mendapat gol. Liverpool mengurung pertahanan Atletico yang memang terkenal kuat dalam bertahan.
Di akhir babak pertama, sebuah sundulan Gini Wijnaldum, membuat skor menjadi 1-0. Agregat pun sama 1-1. Kalimat Big European Night itu pun kembali menggema. Menjadi narasi postingan di akun IG resmi Liverpool.
Wijnaldum seolah membawa ingatan fans Liverpool kembali ke musim lalu ketika dua gol pemain tengah asal Belanda ini berandil besar membungkam Barcelona.
Namun, hingga babak kedua usai, tidak ada gol kedua yang tercipta. Skor masih 1-0. Artinya, karena agregat sama 1-1, maka pertandingan dilanjutkan perpanjangan waktu, 2×15 menit.
Di awal masa extra time, Liverpool masih mengurung Atletico. Utamanya lewat serangan-serangan dari sayap. Empat menit extra time dimulai, Roberto Firmino membawa Liverpool unggul 2-0. Bermula dari sundulan Firmino yang menghantam tiang gawang, bola ternyata kembali kepadanya yang lantas dengan mudah mencocor bola ke gawang.
Dengan skor 2-0, Liverpool akan lolos ke perempat final karena sudah unggul agregat 2-1. Namun, masih ada 25 menit lagi. Liverpool masih belum aman. Sebab, bila Atletico mencetak gol, Liverpool kembali berjuang memburu gol.
Yang terjadi kemudian, tiga menit setelah gol Firmino, gawang Liverpool jebol. Berawal dari back pass, kiper Liverpool, Adrian ternyata ceroboh melakukan sapuan bola. Tendangannya yang menyusur tanah, malah mengarah ke pemain Atletico. Lantas, Marcos Llorente melepaskan tendangan placing ke sisi kiri gawang. Gol.
Gol itu rupanya ‘membunuh’ semangat pemain-pemain Liverpool yang sebelumnya sedang senang-senangnya setelah berusaha keras mendapatkan gol kedua. Di akhir babak pertama waktu extra time, Llorente kembali menjebol gawang Liverpool lewat serangkaian serangan balik yang manis.
Skor pun jadi 2-2. Liverpool dalam situasi di ujung tanduk. Sebab, di babak kedua extra time, hanya dalam 15 menit, Liverpool harus bisa mencetak dua gol dan gawangnya tidak kebobolan bila ingin lolos ke perempat final.
Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp lantas memasukkan Divock Origi, Fabinho, dan Takumi Minamino untuk memburu gol. Namun, pemain-pemain Atletico yang sudah ‘di atas angin’, bermain lebih tenang. Justru, pemain-pemain Liverpool yang mulai tidak sabaran.
Hingga, di penghujung babak waktu tambahan, Alvaro Morata menghukum kelonggaran pertahanan Liverpool yang terlalu ikut asyik menyerang. Atletico pun unggul 3-2.
Liverpool yang berniat come back di Anfield, malah kena come back setelah sebelumnya sempat unggul 2-0. Liverpool pun tersingkir dan gagal lolos ke perempat final karena kalah agregat 2-4. (bersambung)