KOTA, SIDOARJONEWS.id — Isak tangis mewarnai hearing antara Komisi A DPRD Sidoarjo dengan warga Desa Jenggolo II, Pucang, Sidoarjo, Jumat (8/1/2021). Warga mengadu perihal penurunan tower dari PT Protelindo dan PT IBS. Mereka menyebut tower tersebut meresahkan. Mereka juga menyebut aspirasi mereka tidak diakomodir pemerintah desa setempat.
Hearing tersebut dihadiri pihak-pihak terkait. Ada dari pihak PT Protelindo, PT IBS, hingga dinas-dinas terkait layaknya Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sidoarjo yang berwenang dalam perizinan.
Salah satu warga RT 08 RW 02, Eni mengatakan, sosialisasi dari pihak PT IBS awalnya hanya 5 tahun. Namun saat pembangunan berbunyi, izin pendiriannya ternyata berbunyi 10 tahun.
“Kemudian ada sewa dimuka 4 tahun jadi 14 tahun. Lalu ada penambahan panel-panel yang saya tidak ketahui apa. TV kami banyak rusak karena radiasinya,” ujarnya kepada jajaran pimpinan dan anggota Komisi A DPRD Sidoarjo, Jumat (8/1/2021).
Eni menambahkan, belum lagi perihal kabel yang melewati area lahannya. Kabel bertegangan tinggi itu membuatnya takut apabila terjadi korseleting listrik. Sebab tidak ada izin dari pihak perusahaan terkait kabel yang melewati lahannya itu.
“Kami semua merasa resah dan kami takut terkait radiasi, lalu jika terjadi korsleting yang bahaya juga kami,” ucapnya.
Warga lainnya, Sita menyampaikan kepada Komisi A bila warga sudah berkali-kali meminta solusi dari lurah setempat. Namun, dia merasa ada kejanggalan dari pemerintah desa setempat.
“Mereka mengatakan tower itu tidak bisa turun karena perizinannya lengkap. Kalau radiusnya tower itu 30 meter, seharusnya semua diminta perijinan. Tapi saya yang di sebelah tower tidak ada. Di sana banyak warga terdampak tapi gak masuk dalam jumlah persetujuan perizinan,” ungkapnya dengan bercucuran air mata.
Dia merasa takut karena tidak ada sosialisasi yang jelas mulai dari perizinan dan asuransi dari pihak perusahaan. Terlebih dengan jarak rumahnya yang begitu dekat dengan tower. Apalagi saat ini cuaca sering berangin kencang. Dia khawatir berimbas pada rumahnya.
“Saya takut pak, saya mohon mendapat solusi di sini. Saya gak punya asuransi atau apapun. Sosialisasipun gak ada. Kami merasa dirugikan,” ujarnya. (Dimas)