KOTA, SIDOARJONEWS.id – Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer Non Kategori (GTKHNK) Sidoarjo curhat kepada calon wakil bupati Sidoarjo nomor urut 3, Dwi Astutik.
Mereka datang langsung ke Posko Pemenangan Kelana – Dwi Astutik di Pondok Mutiara, Sabtu, (24/10/2020).
Dalam pertemuan tersebut, Dwi Astutik yang juga Dewan Pendidikan Jawa Timur ini, menyampaikan program penguatan pendidikan dan kesejahteraan tenaga pendidik khususnya Guru Honorer menjadi perhatian dirinya dan Kelana Aprilianto apabila jika diamanahi memimpin Sidoarjo kelak.
“Kondisi guru honorer ini masih belum sepenuhnya diperhatikan dengan baik. Artinya masih banyak guru honorer yang khawatir akan masa depannya. Kami akan mengikhtiarkan kesejahteraan guru di Kabupaten Sidoarjo ini,” ucap wanita yang akrab disapa Bunda Dwi itu.
Dikatakan Bunda Dwi, perannya sebagai Dewan Pendidikan Jawa Timur juga akan dimaksimalkan untuk menunjang kesejahteraan para guru honorer di Sidoarjo. “Kiprah kami di dunia pendidikan jangan diragukan lagi,” tegasnya.
Teguh Supriyanto yang juga tergabung dalam GTKHNK Sidoarjo mengaku selaras dengan program penguatan pendidikan dan kesejahteran tenaga pendidik yang digagas Paslon Kelana-Dwi Astutik.
Ia mendukung program tersebut. Menurutnya kepastian status adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan Guru Honorer.
“Kesejahteraan Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) masih kurang perhatian dari pemerintah. Keringat kami bekerja dihargai 35 ribu- 70 ribu per jam berbeda-beda tiap sekolah. Itu berarti dalam satu bulan kami para guru honorer hanya menerima sekitar 1.2 juta rupiah. Tentu hal tersebut jauh dari kata layak. Kami berharap kepada Paslon Kelana-Dwi Astutik apabila diamanati ke Pendopo bisa memperjuangkan nasib dan kepastian kami para Guru Honorer di Sidoarjo,” ujar Teguh.
Kata Teguh, kepastian status menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) bagi guru honorer sangat diutamakan. Terlebih karena usia di atas 35 tahun sangat kecil kemungkinan guru honorer direkrut. Bahkan, bisa dikatakan tidak ada lagi peluang bagi guru honorer.
“Dari segi psikologis akan berpengaruh pada saat memberikan pembelajaran kepada murid. Kepastian status juga membuat rasa khawatir akan masa depan guru honorer. Maka dari itu, harapannya nasib kami benar-benar diperjuangkan oleh Kelana-Dwi Astutik,” harapnya. (Ardian/*)