KOTA, SIDOARJONEWS.id – Warga kelurahan Magersari, kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, kemarin (12/3/2020) digegerkan oleh tewasnya Imam Achmadi alias Mamok.
Pria tersebut dibunuh keponakannya sendiri, Hamzah alias Kaspo, dengan menggunakan cangkul dan linggis.
Sebelum pembunuhan itu terjadi, keduanya sempat terlibat cekcok.
Rupanya, cekcok itu bukanlah yang pertama terjadi.
Ervina, istri Kaspo menuturkan, suaminya memang beberapa kali terlibat perselisihan kecil.
“Pertengkaran kecil saja, pertengkaran mulut. Tidak sampai berkelahi,” katanya.
Karena itu, Ervina heran bagaimana suaminya tiba-tiba tega menganiaya pamannya hingga nyawanya melayang.
“Setahu saya tidak ada masalah apa-apa sebelumnya. Suami gak pernah cerita ada masalah dengan pamannya,” sebut dia.
Meski demikian, Ervina memilih pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kasus ini ke polisi.
Seperti diberitakan sebelumnya, pembunuhan ini diduga dipicu oleh aktivitas pembongkaran selokan oleh korban.
Aktivitas itu dikerjakan korban di depan gapura gang II Kelurahan Magersari.
Beberapa saat kemudian, pelaku yang sehari-hari berjualan es kelapa muda (es degan) di sekitar TKP datang dan berbicara keras. Saptono, seorang saksi mata menyebut, pelaku tersinggung lantaran tidak diberi informasi oleh korban tentang rencana pembersihan selokan tersebut
“Pak RT menyuruh Mamok (korban) memperbaiki saluran air karena buntu. Kaspo (pelaku) datang pakai sepeda motor,” terang Saptono saat di TKP.
Di sana, pelaku langsung berteriak ke arah korban. Ia terlihat naik pitam lantaran merasa terganggu jika lokasi tempat berjualan es degan sudah dikeruk dan ada tumpukan tanah.
“Lapo dikeduki, aku gak isok dodol (ngapain dikeruk? aku nggak bisa jualan),” kata Sapto meniru ucapan pelaku.
Menurut Sapto, korban sempat membalas umpatan pertanyaan pelaku. Namun tetap tidak dihiraukan.
“Iki engkok dibalekno maneh, (ini nanti dikembalikan lagi)” tiru Sapto lagi.
Tak selang lama, pelaku tiba-tiba mengambil cangkul di lubang saluran air yang dibuat oleh korban. Cangkul tersebut kemudian dipukulkan ke kepala bagian belakang korban.
“Korban dipukul dengan pacul (cangkul) hingga paculnya patah. Korban juga sempat naik dari lubang. Setelah naik, korban masih tetap dipukuli, tapi dengan linggis. Linggisnya diambil tidak jauh dari korban. Meski sudah tersungkur tak berdaya di tanah, Kaspo masih memukulnya berulang kali,” bebernya.
Melihat kejadian beringas tersebut, Saptono memilih pergi dan meminta pertolongan kepada warga. Ia meninggalkan lokasi kejadian karena tidak tega melihat korban ambruk tak berdaya.
Ia juga menyebut korban penuh luka di kepala.(ardian)