Bulan puasa Ramadan identik sebagai bulan ibadah. Ramadan jadi momentum tepat bagi yang menjalankan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Tidak hanya berpuasa, tetapi juga menambah amalan-amalan lainnya.
Nah, bagi sebagian orang, di tahun-tahun sebelumnya, Ramadan juga merupakan “masa panen”. Seperti halnya makna panen di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bagi banyak orang, Ramadan menjadi kesempatan untuk beroleh keuntungan atau rezeki (dengan mudah).
Ada beberapa profesi yang ketika Ramadan, seolah merasakan masa panen. Mereka mendapatkan banyak pelanggan yang tentu berbanding lurus dengan penghasilan yang didapat.
Beberapa profesi itu salah satunya mereka yang bekerja di pusat perbelanjaan. Dulu, stan-stan di mall yang menjual aneka pakaian segala usia, segala jenis sandal, hingga gerai makanan yang menyajikan aneka menu, semuanya ramai selama Ramadan.
Ada banyak orang yang menjadikan mall sebagai destinasi utama menghabiskan uang. Apalagi bila Tunjangan Hari Raya dari tempat kerja sudah cair.
Apalagi food court yang ada di mal-mal itu. Ketika Ramadan begini, jelang Maghrib tiba, food court adalah tempat paling ramai. Banyak orang berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Bahkan, ketika datang mepet waktu Maghrib, sampean (Anda) tidak akan mendapati tempat. Sebab, semua kursi sudah terisi. Penuh.
Ya, Ramadan menjadi masa panen bagi mereka yang memiliki toko, stan, lapak, gerai atau apalah namanya. Pokoknya adanya di mall.
Profesi lain yang juga merasakan panen ketika Ramadan adalah para pemilik Perusahaan Otobus. Ketika mendekati Hari Raya Idul Fitri, ada banyak orang berbondong-bondong mudik dengan menggunakan moda transportasi bus.
Utamanya mereka yang mudiknya antar kota dalam provinsi ataupun antar kota antar provinsi. Tentu saja, itu menjadi masa panen bagi para pemilik PO Bus. Termasuk bagi para sopirnya.
Usaha lainnya yang juga mendatangkan banyak rezeki dengan lebih mudah ketika Ramadan adalah pemilik warung kopi. Memang, di hari-hari biasa pun, warung kopi selalu ramai. Tapi ketika Ramadan, pemasukan mereka bertambah.
Sebab, ada lebih banyak orang yang ngopi dan ngobrol di warung kopi hingga Sahur tiba. Katanya ngopi sambil menunggu sahur.
Dengan ramainya pengunjung, bisa dibayangkan berapa besar pemasukan mereka selama Ramadan.
Panen itu berubah jadi paceklik
Namun, itu cerita masa lalu. Cerita ketika stan-stan di mall, PO bus, dan juga warung kopi, masih menikmati masa jayanya. Cerita ketika Ramadan memang menjadi masa panen bagi mereka.
Semua cerita jaya itu berubah setelah wabah coronavirus disease (Covid-19) masuk ke Indonesia sejak Februari lalu. Sejak itu, Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan kita. Tapi juga menyebabkan kelumpuhan di hampir semua sektor kehidupan. Termasuk sektor ekonomi yang paling merasakan dampaknya.
Sejak wabah Covid-19, mall kini sepi. Seiring imbauan pemerintah untuk lebih banyak beraktivitas di rumah, orang jadi malas jalan-jalan ke mall. Mereka juga khawatir bila terpapar Covid-19 karena keluar rumah.
Imbas dari sepinya pengunjung, beberapa stan di mall pun tutup. Tidak beroperasi. Kalaupun ada yang tetap buka, itupun membatasi jam operasi. Dampaknya tentu saja pada karyawan.
Dengan jumlah pengunjung yang tidak lagi seramai dulu, sementara kewajiban membayar beberapa karyawan jalan terus, tentu menjadi pertimbangan para pemilik stan. Tidak mengherankan bila beberapa pemilik stan lantas ‘merumahkan’ karyawannya.
Cerita pilu itupun dialami pengusaha PO bus. Beberapa PO Bus kini mengandangkan bus mereka. Busnya tidak beroperasi. Pasalnya, ketika beroperasi, penumpangnya sangat sedikit. Sementara mereka masih harus mengalokasikan pengeluran untuk bahan bakar dan sopir.
Apalagi setelah pemerintah menyampaikan larangan agar masyarakat tidak mudik ke kampung halamannya. Masyarakat yang terbiasa menggunakan moda bus untuk bertemu keluarga di kampung, kini tidak lagi bisa menunaikan cerita seperti tahun lalu.
Karenanya, tidak mengherankan bila banyak bus yang dikandangkan. Nah, ketika bus dikandangkan, tentu saja sopir terkena dampaknya. Mereka tidak lagi punya lahan untuk mencari nafkah.
Bayangan masa panen ketika Ramadan dengan adanya banyak penumpang yang tentu saja pemasukan bertambah, kini berubah menjadi sebaliknya. Masa panen itu telah menjadi masa paceklik.
Begitu juga warung kopi. Bisnis “penghasil uang” yang dulunya berjaya dan seolah tidak ada matinya itu, langsung tiarap. Yang ada kini hanya cerita pahit. Sepahit kopi hitam tanpa gula yang memang pahit.
Apalagi setelah pemerintah memberikan imbauan physical distancing dan juga menghindari tempat-tempat orang berkumpul karena berpotensi menjadi ruang penyebaran Covid-19. Nah, warung kopi termasuk tempat yang selama ini menjadi pusat kerumunan banyak orang yang dihindari. Dijauhi.
Yang terjadi, beberapa kawan yang selama ini menjalankan bisnis warung kopi dan sudah sukses, kini hanya bisa meratapi nasib terhadap situasi sulit yang mereka hadapi. Lha wong mereka tidak bisa mendapatkan pemasukan seperti dulu lagi. Apalagi pemasukan besar seperti Ramadan tahun lalu.
Tiga profesi dan usaha itu hanyalah sebagian kecil yang terdampak oleh wabah Covid-19. Tentu saja, ada banyak pelaku usaha lainnya yang sangat terdampak dengan wabah yang entah kapan akan berakhir ini.
Sebut saja para ojek online yang kini mengeluhkan orderan sepi. Terlebih ketika penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mereka tidak diperbolehkan mengangkut penumpang. Begitu juga para pedagang kaki lima di sentra PKL yang kini dagangannya sepi pembeli.
Termasuk para pengusaha perhotelan, restoran, pengusaha konstruksi, dan masih banyak lagi. Karenanya, penting di masa pandemi ini untuk meningkatkan kepedulian kepada mereka yang merasakan dampak dari wabah ini.
Pemerintah daerah juga harus tepat sasaran dalam mengalokasikan bantuan sosial kepada masyarakat. Bantuan harus diberikan kepada mereka yang memang terdampak Covid-19. Sehingga, masyarakat bisa merasakan, pemerintah memang memperhatikan nasib mereka.
Pada akhirnya, dengan saling membantu, dengan patuh pada imbauan pemerintah, terlebih di masa PSBB seperti sekarang, serta membiasakan hidup sehat, kita bisa berharap, wabah ini akan segera berakhir. Semoga. Salam. (Hadi Santoso, Pemred Sidoarjonews.id)