KOTA, SIDOARJONEWS.id – Jelang perayaan Idul Adha, effective reproduction number (RT) di wilayah Sidoarjo masih tetap berada di angka 0,5. Hal itu menunjukkan angka trend sebaran di Sidoarjo sudah menurun.
Kendati demikian, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tetap mengimbau agar pelaksanaan salat Idul Adha untuk dimaksimalkan pada penggunaan musala dan langgar yang ada di desa. Tidak berkumpul menjadi satu di Masjid besar.
“Protokol kesehatan harus diangkat tinggi-tinggi. Bagaimana nanti idul adha bisa dimanage sedemikian rupa dengan protokol kesehatan yang baik. Untuk idul adha jangan menumpuk di masjid besar di desa,” kata Plt. Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin usai pemaparan tim epidemiologi FKM Unair, Rabu (29/7) di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo.
Pria yang akrab disapa Cak Nur tersebut juga mengatakan, para jamaah setelah pelaksanaan salat Idul Adha juga diharapkan untuk meminimalisir adanya kontak fisik antar jemaah. Hal itu guna memaksimalkan pemutusan mata rantai Covid-19.
Termasuk juga dalam pelaksanaan takbiran, menurutnya juga tidak diperbolehkan ada takbir keliling. Dicukupkan hanya pada takbiran di Masing-masing musala dan masjid.
“Jadi ini, harus kita jaga. Jangan sampai RT kita nanti setelah idul adha naik. Nanti berat lagi karena harus mulai dari awal,” ucapnya.
Himbauan tersebut juga tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 400/4442/438.1.1.2/2020 tentang pelaksanaan kegiatan idul adha 1441 H pada situasi Pandem Covid-19. Dalam SE tersebut terdapat tiga poin utama dalam pelaksanaan idul adha nanti.
Yang pertama ialah, penyelenggaraan Salat Idul adha dan penyembelihan Hewan kurban dapat dilakukan di semua tempat dengan memperhatikan protokol kesehatan ketat. Lalu yang kedua ialah penyelenggaraan salat idul adha diserukan untuk di desa agar musala dan surau dimanfaatkan untuk salat ied. Dan yang terakhir terkait teknis penyembelihan hewan kurban. (Dimas)