JAKARTA, SIDOARJONEWS.id – Nama Bjorka kini masuk dalam radar perhatian Pemerintah Republik Indonesia. Perbuatan sang hacker yang membocorkan identitas pejabat pemerintahan hingga rahasia-rahasia negara membuat petinggi negeri gerah.
Awalnya Bjorka menjual data pribadi warga Indonesia yang didapat dari data pelanggan Indihome hingga PLN. Namun, motif materialis tersebut perlahan mulai berubah ketika Bjorka terang-terangan mengejek pemerintahan Indonesia.
Bjorka mulai membocorkan data rahasia BIN, data pribadi para Menteri, hingga data Presiden. Terbaru, Bjorka menyebarkan informasi terkait pembunuh Munir. Sebuah hal yang selama 18 tahun lamanya tidak bisa dilakukan oleh pemerintah.
Tak pelak, kini Pemerintah RI mulai bergerak untuk memburu Bjorka. Tak tanggung-tanggung, Pemerintah RI bahkan membentuk Tim Khusus untuk menangani permasalahan ini.
“Perlu saya tegaskan adalah itu sudah melanggar hukum UU ITE. Saya rasa pihak penegak hukum akan memproses secara hukum dan mencari pelakunya,” kata Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, dikutip dari Antara, Sabtu (10/9/2022).
Aparat yang dimaksud tidak hanya berasal dari kepolisian namun juga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Saat ini, BSSN mencoba memburu Bjorka untuk mengetahui siapa sosok sebenarnya dan dari mana informasi yang diperoleh.
“Fenomena apa atau isu apa dan kira-kira mencoba tujuannya apa menyebar informasi. Kita bersama-bersama dengan aparat terkait, khususnya dengan Bareskrim juga koordinasi terus,” ungkap Kepala BSSN, Hinsa Siburian, Selasa (13/9).
Menariknya, bagi pemerintah, Bjorka merupakan sosok antagonis. Namun bagi sebagian besar warga, Bjorka justru dianggap protagonis. Terutama ketika Bjorka membocorkan kasus Munir dan informasi pribadi beberapa tokoh pejabat pemerintahan.
“Bjorka stay alive ya… please…,” cuit akun @diki_angger di twitter.
“Come on Bjorka, you can do it, find this documents,” cuit @Luqman_aziez sembari mencapture berita tentang hilangnya dokumen Tim Pencari Fakta kasus Munir.
Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai tidak percaya dengan pemerintah. Hingga menggantungkan harapan pada sosok yang sebenarnya tidak dikenal identitas maupun motif perbuatannya. Pada akhirnya dibanding memburu Bjorka, mengembalikan kepercayaan rakyat menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah Indonesia. (Affendra F)