KOTA, SIDOARJONEWS.id – Tahun ini, untuk pertama kalinya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan menggelar event ala street night tempo dulu bernama “Gajah Mada Street Night Sidoarjo Tempoe Doeloe”. Promosi sudah digencarkan melalui media sosial maupun media massa. Animo masyarakat sangat tinggi. Namun tepat di hari pelaksanaannya, Sabtu, 9 April 2022, panitia acara mengumumkan ditunda.
Persoalannya rekayasa lalu lintas yang hendak dilakukan dengan menutup Jalan Raya Gajah Mada belum disetujui oleh pihak Polda Jatim.
Perwakilan Dewan Pemuda Sidoarjo sebagai salah satu panitia penyelenggara, Nicho Dwi Priambogo mengatakan, Gajah Mada Street Night Sidoarjo Tempo Doeloe hanya ditunda bukan dibatalkan.
“Insya Allah tanggal 23 April 2022 akan digelar grand openingnya,” ujarnya, Sabtu (9/4).
Nicho menjelaskan, pada grand opening nanti, Jalan Raya Gajah Mada bisa menampung hingga 300 stand Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Semua pengisi stand tidak ditarik biaya sepeserpun alias gratis. Tapi, saat ditanya terkait pendanaan, ia menjawab tidak menggunakan APBD.
“Bukan APBD, bisa dari sponsorship dan sebagainya,” ujarnya.
Membuat acara sebesar itu tentu membutuhkan banyak biaya. Apalagi 300 stand tersebut digratiskan. Berkaca pada Surabaya, sukses menggelar Pasar Malam Tjap Toendjoengan setiap tahun dalam rangka Hari Jadi Kota Surabaya, itupun perlu dukungan dari Pakuwon Group.
Salah satu perusahaan properti terbesar di Surabaya tersebut tidak hanya menjadi sponsor namun juga penyelenggara. Itupun lokasi yang digunakan selalu menggunakan tanah asetnya seperti di halaman parkir Pakuwon City East Coast. Jadi tidak perlu berurusan dengan rakayasa lalu lintas.
Event Surabaya yang membutuhkan rekayasa lalu lintas ialah Tunjungan Romansa. Di akhir tahun 2021 lalu, Pemkot Surabaya menyulap kawasan Tunjungan setiap malam menjadi sentra UMKM, kesenian, dan wisata kota.
Namun yang tak banyak orang tahu, persiapan event itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun silam. Penulis sempat mewawancarai Dosen Arsitek ITS, Johan Silas pada tahun 2019. Saat itu beliau dimintai pendapatnya oleh Pemkot Surabaya tentang pembangunan kota. Wacana menjadikan kawasan Tunjungan sebagai sentra UMKM, kesenian, dan wisata kota sudah mulai dibahas.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam membuat acara ala street night yang sampai menutup jalan raya dan membutuhkan rekayasa lalu lintas, tidaklah mudah. Perlu persiapan matang, simulasi rekayasa lalu lintas, hingga komunikasi yang baik dengan pihak terimbas.
Apalagi event tersebut tidak dicover APBD, perlu dipikirkan pula pendanaan untuk kebutuhan sewa tenda, listrik, upah pengisi hiburan, dan lain sebagainya. Dan yang paling penting, jangan terburu-buru mengeluarkan pengumuman pelaksanaan bila persiapan belum 100 persen matang. (Affendra F)