KOTA, SIDOARJONEWS.id – Menerapkan Protokol kesehatan di masa pandemi covid-19 ternyata bukanlah barang baru. Hal itu pernah diajarkan nabi Muhammad SAW saat menghadapi wabah.
Paparan itu disampaikan Direktur Aswaja Center Jawa Timur, KH. Ma’ruf Khozin dalam acara webinar yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama, Kecamatan Waru Sidoarjo.
Webinar yang mengangkat tema “Covid-19; Belajar dari Pengalaman Masa Lalu dan Masa Kini,” disambut ratusan peserta dari berbagai kalangan.
Kiai Ma’ruf Khozin, menjelaskan wabah atau biasa disebut penyakit sejak dulu masa nabi Muhammad SAW memang sudah ada. Bahkan dikatakan oleh Aisyah (istri Nabi), saat itu Abu Bakar dan Bilal sempat tertular wabah. Melihat kondisi sahabatnya sedang mengalami demam, maka nabi pun memanjatkan doa.
“Ya, Allah jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Makkah, atau melebihi Makkah. Dan bersihkanlah Madinah dari wabah penyakit, serta pindahkan penyakitnya ke Juhfah,” tutur KH. Ma’ruf Khozin, Sabtu, (7/8/2021) malam.
Wabah tidak hanya dihadapi pada masa nabi, bahkan di masa sahabat pun juga mengalami hal yang sama. Saat itu, negeri Syam dikabarkan sedang mengalami wabah. Sehingga Sayyidina Umar mengurungkan niatnya ke Negeri Syam. Sementara sahabat Abu Ubaidah bertanya kepada Umar, apakah anda lari dari Takdir Allah SWT. Lalu, dijawab sama Sayyidina Umar “ya, saya lari dari Takdir Allah kepada takdir yang lain,” sebagaimana dituangkan dalam hadist Sahih Bukhari.
Wabah besar juga pernah menimpa Mesir. Tercatat, hampir setiap hari ada sekitar 40 orang yang telah wafat. Bahkan, Dibulan Rabiul Awal sendiri tercatat ada sekitar 1700 an korban jiwa.
Tahun kelaparan besar juga pernah terjadi di Andalus. Dimana saat itu, terjadi kemarau panjang dan wabah berkepanjangan. Sehingga banyak orang yang meninggal dunia. Masjid-masjid pun sempat ditutup dikarenakan sudah tidak ada lagi orang yang sholat didalamnya.
“Jadi, Wabah ini sudah ada sejak zaman nabi. Bahkan pertama kali yang dihadapi nabi bukan perang, melainkan wabah,” terangnya.
Lantas bagaimana Nabi hingga sahabat menghadapi wabah tersebut?, dan apakah bisa diterapkan di masa sekarang?. Kiai Ma’ruf menjelaskan bahwa dalam menghadapi wabah, tetap dianjurkan untuk berdoa kepada yang maha kuasa agar wabah bisa segera hilang. Meski demikian, tetap mengedepankan protokol kesehatan. Seperti menggunakan masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak.
Menurutnya, masker yang biasa digunakan saat ini, untuk mencegah penularan virus. Begitupun dengan mencuci tangan. Nabi Muhammad memerintahkan untuk selalu hidup bersih. Terutama mencuci tangan setelah bangun tidur. Sebab, kita tidak akan tahu tangan bergerak kemana saja saat tidur.
“Wabah juga akan hilang ketika kita menjaga jarak antara satu dengan yang lain. Wabah diibaratkan seperti nyala api. Maka pergilah ke gunung-gunung. Jika sudah terjadi jaga jarak, maka Allah SWT. Akan hilangkan wabah tersebut. Jadi, doanya sudah benar, tapi berkerumun yang dilarang,” tegasnya.
Sementara, Lakpesdam NU Jawa Timur, Dr. Agus Miftahus Surur menambahkan Pandemi covid-19 menimbulkan dampak yang luar biasa. Baik secara sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Sehingga sangat penting untuk masyarakat terutama warga NU untuk meningkatkan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Bukan tidak mungkin, hingga saat ini banyak orang yang mengalami dampak psikis akibat pandemi covid-19. Terutama arasa takut, khawatir dan sebagainya.
“Kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Maka sangat penting untuk kembali meningkatkan spiritualitas keagamaan kita. Sehingga kedepan diberi keselamatan, kesehatan dan dijauhkan dari berbagai macam penyakit,” jelasnya.
Lakpesdam juga menghimbau agar kaum muda NU terus melakukan ekselerasi dan Inovasi-Inovasi yang berkaitan dengan digitalisasi di masa pandemi covid-19. Sehingga kedepan bisa tetap survive di bidang yang ditekuni. (Syaikhul Hadi).
—