CANDI, SIDOARJONEWS.id — Hari ini, Rabu (9/12), warga Sidoarjo akan menggunakan hak suaranya di Pilkada Sidoarjo untuk memilih pasangan calon bupati dan wakil bupati.
Pilkada yang dilaksanakan di tengah pandemi covid-19 ini tentu berbeda dengan pilkada sebelumnya. Protokol kesehatan ketat diterapkan dalam pemilihan kali ini.
Pilkada Sidoarjo kali ini juga menjadi pengalaman pertama bagi beberapa anak muda. Sebelumnya, mereka sudah ikut mencoblos saat pemilihan calon anggota legislatif tahun lalu. Namun, untuk Pilkada, mereka baru kali ini bisa menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin di daerahnya.
Beragam respons muncul dari pemuda di Sidoarjo. Ada yang antusias. Ada yang biasa saja menyambut pilkada kali ini. Salah satunya Abi (19 tahun). Warga Candi ini mengaku tidak terlalu antusias menyambut pilkada kali ini. Namun, dia menyebut akan menggunakan hak suaranya.
“Mengingat adanya kekosongan kursi bupati/walikota ini jadi ya harus ada. Jadi perlu nyoblos,” ujar Abi.
Sementara Hendra (19 tahun), warga Kebonagung merasakan sedikit was-was karena pilkada digelar di masa pandemi Covid-19. “Ya sebenarnya saya kurang setuju dengan pilkada di tengah pandemi covid-19 ini. Ditambah adanya kerumunan warga,” ujar pemuda ini.
Namun, Hendra mengaku, bagaimanapun dirinya akan datang ke TPS. Dia mengaku khawatir bila tidak mencoblos, ada pihak tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan kertas suara milik orang lain.
Pemikiran serupa juga disampaikan Dona (20 tahun), warga Prambon. Dia bahkan ingin menyampaikan kritik dan saran untuk pemerintah Sidoarjo untuk lebih baik ke depannya. “Untuk memilih pastinya iya dan diusahakan tidak golput karena rawan manipulasi,” ungkap mahasiswi semester 3 ini.
Sementara Rohmah, warga Gedangan, mengaku kurang antusias dalam Pilkada Sidoarjo 2020 ini. Wanita 21 tahun ini merasa kecewa dengan kabar yang muncul terkait bantuan dana Covid-19 untuk warga. Di tambah pilkada ini dilaksanakan di tengah pandemi covid-19.
“Saya sama sekali tidak antusias dalam memilih pilkada tahun ini karena ada pemimpin yang menggelapkan dana (bantuan) saat pandemi covid dan itu membuat kepercayaan masyarakat turun,” ungkapnya. (Yuni KF)