KOTA, SIDOARJONEWS.id – Beberapa waktu lalu, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan terjadinya fenomena La Nina yang akan melanda Indonesia di penghujung tahun 2020. La Nina menyebabkan curah hujan akan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengundang Tim Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) dari ITS untuk melakukan penelitian, Senin (12/10).
Penelitian dari MKPI berfokus pada Desa Kedungbanteng dan Desa Banjarasri, Tanggulangin, Sidoarjo. Sebab, kedua desa tersebut diduga mengalami penurunan tanah yang menyebabkan genangan air susah surut.
Sekda Kabupaten Sidoarjo, Ahmad Zaini, menjelaskan, kedua desa tersebut sejak tahun lalu mudah terjadi genangan saat hujan. Namun, susah sekali genangan tersebut surut.
“Bahkan hujan sebentar seperti Sabtu lalu, itu saja sudah terjadi genangan. Apalagi saat masuk puncak musim hujan? Untuk itu, kami meminta tim ahli agar melakukan penelitian di sana. Apakah itu genangan biasa atau ada sebab lainnya. Bila memang genangan itu dikarenakan land subsidence (penurunan tanah) maka perlu tindakan khusus ke depannya,” ujarnya.
Waktu yang diberikan oleh Pemkab Sidoarjo kepada tim MKPI adalah 1-2 bulan untuk melakukan penelitian. Setelah itu tim ahli akan melaporkan hasil penelitiannya beserta rekomendasi antisipasi yang harus dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo.
“Meski genangan, masyarakat tentu tidak menghendakinya. Karena itu kami ingin penelitian ini dilakukan sesegera mungkin,” jelasnya.
Dari penelitian tersebut akan diperoleh data valid penyebab terjadinya banjir. Sehingga dari data tersebut akan dapat dirumuskan pula kebijakan yang tepat untuk melindungi permukiman warga dari bencana banjir.
Menurut penuturan Peneliti Senior MKPI, Amien Widodo, penelitian akan dilakukan dengan beberapa cara. Mulai dari memasang patok untuk mengukur penurunan tanah, hingga menggunakan drone. Sebelumnya penelitian ini sempat tertunda dikarenakan pandemi.
“Sebenarnya penelitian ini sudah sejak dulu dikomunikasikan. Namun karena pandemi, akhirnya baru bisa dilaksanakan bulan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah di kedua desa tersebut terjadi land subsidence (penurunan tanah), sehingga menyebabkan di kedua desa berpotensi banjir,” jelasnya.
Amien Widodo juga berharap adanya pendampingan serta kemudahan perizinan saat melakukan penelitian. Sebab, menurutnya, penelitian ini harus segera dilakukan mengingat sebentar lagi Sidoarjo akan menghadapi musim hujan.(Affendra)