KOTA, SIDOARJONEWS.id — Duo folk asal Surabaya, Silampukau, merilis lagu anyar berjudul “Lantun Mustahil”. Lagu yang mengangkat tema kehidupan pesisir diluncurkan melalui beragam platform digital miliknya.
Berbeda dengan single “Dendang Sanksi” yang sempat mengejutkan penikmat musik tanah air dengan hiasan alunan dangdutnya. Warna musik Lantun Mustahil kembali pada ciri khas folk Silampukau terdahulu. Begitupun dengan temanya yang berkutat dengan hal-hal terdekatnya.
“Lantun Mustahil ditulis oleh Eki Tresnowening dan Kharis Junandharu. Sebagai penduduk pesisir, mereka beranggapan bahwa repertoire lagu-lagu domestik bertema kehidupan maritim terhitung sangat sedikit bagi republik kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Laut menjadi semacam halaman belakang yang terlupakan di lagu-lagu Indonesia,” tulis rilis yang dikirimkan Manajemen Silampukau kepada redaksi Sidoarjonews.id, Kamis (19/5/2022).
Dalam proses produksi Lantun Mustahil, Silampukau menggandeng Indra Perkasa sebagai Produser sekaligus Sound Engineer. Kemudian direkam di Moso’iki Studio sepanjang bulan Maret 2022.
Lantun Mustahil menceritakan tentang kecemasan seseorang yang mendadak terancam terbasmi badai di tengah pelayaran. Kelemahan manusia dalam memprediksi masa depan yang menyebabkan musibah terasa datang seketika tanpa peringatan, juga kemustahilan situasi yang harus ditanggung tanpa bisa sepenuhnya dikendalikan.
“Sebuah tema yang, mau tak mau, harus diakui terinspirasi oleh pandemi yang tiba-tiba mengamuk di tahun 2020, memporak-porandakan semua rencana dan harapan terbaik manusia,” tulisnya.
Meski proses perekaman lagu berlangsung di Bulan Maret, namun Lantun Mustahil dirilis pada awal Bulan Mei. Entah disengaja atau tidak, Bulan Mei bertepatan dengan akhir angin Muson Barat yang tak tertebak. Yang kemudian berganti dengan angin Muson Timur ke wilayah Indonesia.
“Sebagai semacam ancang-ancang perayaaan atas lautan tenang yang akan segera datang, sekaligus sebagai semacam pengingat akan gejolak ombak dan cuaca buruk yang selalu dibawa oleh Muson Barat—yang segera akan pergi, tapi yang niscaya akan kembali setengah tahun lagi. Lantun Mustahil adalah sebuah cerita kecil dari Silampukau untuk menyemarakkan kisah-kisah celaka yang masih terus menghantui para pekerja lautan hingga saat ini,” jelasnya. (Affendra F)