WARU, SIDOARJONEWS.id – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jilid pertama yang mulai aktif sejak tanggal 11 sampai 25 Januari 2021 mendatang di Sidoarjo, dianggap tidak memiliki gerakan yang efektif dalam menekan angka sebaran Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh anggota Panja Covid-19 DPRD Sidoarjo, Wisnu Pradono. Politisi yang bermukim di wilayah Kecamatan Waru ini menyebutkan, tidak ada perbedaan antara situasi pandemi dan tidak di wilayahnya.
Kurangnya kesadaran dari masyarakat di sekitar menurutnya dikarenakan kurang adanya intervensi dari pemkab untuk memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
“PPKM di sini ini sangat tidak terasa. Kesannya malah kayak gak ada pandemi. Bisa dilihat, masyarakat keluar rumah memakai masker hanya karena takut ditilang. Pasca itu, yaudah kayak biasa kumpul-kumpul dan nongkrong seperti biasa,” kata Wisnu, Kamis (21/1/2021).
Dia menyebutkan, satu-satunya gerakan nyata yang menjadi pembeda antara diterapkannya PPKM dan tidak ialah saat jam malam. Ada penyekatan jalan dan lain sebagainya. Selebihnya, ia menyatakan pemerintah masih kurang aktif.
Sehingga tidak salah bila angka kasus harian di Sidoarjo, khususnya di Waru masih terus bertambah dan semakin tinggi. Dari data yang dimiliki Dinkes Sidoarjo tertanggal 20 Januari 2021, Sidoarjo memang ada tiga kecamatan yang menjadi penyumbang terbanyak angka kasus positif.
Tiga kecamatan itu yang pertama ialah Kecamatan Kota Sidoarjo dengan 1156 kasus positif. Kedua ialah Kecamatan Taman dengan angka 1047 kasus positif. Kemudian yang ketiga ialah Kecamatan Waru dengan angka 1008 kasus positif.
“Saya heran kenapa penanganannya semakin kesini jadi gini. Apakah karena Sidoarjo berada di masa transisi kepemimpinan? Sehingga penanganan yang didapat dari pejabat yang menangani seakan-akan tidak atau mungkin kurang serius,” ujar legislator dari Fraksi PDI Perjuangan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Syaf Satriawarman mengutarakan, memang masih banyak masyarakat yang abai untuk menerapkan protokol kesehatan di kegiatan sehari-harinya. Sehingga baginya, wajar saat angka kasus harian di Sidoarjo kembali tinggi.
“Satu-satunya cara agar masyarakat patuh untuk prokes 3 M (masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) ini ialah yustisi. Kalau yustisi diterapkan lagi, saya yakin angka kasusnya bisa seperti sebelumnya, di angka 11 hingga 12 orang dan mungkin bisa turun lagi,” ujarnya, Rabu (20/1/2021) kemarin. (Dimas)