TANGGULANGIN, SIDOARJONEWS.id – Sudah tiga hari, perkampungan di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, kecamatan Tanggulangin terendam banjir.
Bukannya malah surut, hujan deras yang kembali turun di kawasan ini pada Hari Sabtu (30/5/2020) malam membuat banjir semakin tinggi.
Luasan banjir terlihat dari genangan yang semakin ke arah barat. Rumah-rumah warga yang sebelumnya aman, kini kemasukan air. Salah satunya rumah Sugeng, warga RT 5 RW II Desa Kedungbanteng.
“Jumat pagi air masih di bawah keramik teras. Namun Sabtu malam hujan sangat deras dan lama. Membuat ambyar. Rumah saya yang sudah ditinggikan ikut kebanjiran,” ungkap Sugeng.
Tingginya banjir juga terlihat di SDN Banjarasri. Semua ruang kelas tergenang dengan ketinggian sekitar 20 cm. Begitu juga dengan SMPN 2 Tanggulangin. Ruang kelas yang tergenang semakin bertambah, khususnya di kelas IX yang belum ditinggikan.
Kepala BPBD kabupaten Sidoarjo, Dwijo Prawito mengatakan, banjir di dua desa di Tanggulangin ini karena intensitas curah hujan yang sangat tinggi. “PU Bina Marga segera meningkatkan jalan sekitar KUD, termasuk pembuatan drainase. Diharapkan setelah selesai genangan di sana bisa diatasi,” jelas Dwijo, Minggu (31/5/2020).
Dwijo menambahkan, kemungkinan akan kembali mengerahkan pompa untuk menyedot banjir di dua desa tersebut. “Kita lihat situasi dulu, apabila diperlukan kita akan mendatangkan pompa. Semoga saja hujan tidak turun lagi,” terangnya.
Pada awal bulan Maret 2020 lalu, sejatinya Tim ahli dari Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akan melakukan penelitian di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri.
Mereka akan melakukan rapid assessment atau penelitian secara cepat dengan cara mengumpulkan data, serta penelitian jangka panjang.
Tim ITS juga akan meneliti indikasi penurunan tanah serta karakteristik permukiman. Bagi mereka, kasus banjir di dua desa ini menarik untuk diteliti karena belum pernah mereka jumpai banjir di suatu kawasan hingga berbulan-bulan lamanya.
Pada tahun 2016, tim ahli ITS pernah meneliti kawasan Desa Kalidawir, Kedungbanteng dan Banjarasri Kecamatan Tanggulangin. Mereka juga mengkaji dampak sosial, penurunan tanah, geofisik serta risiko. Saat itu tim menemukan penurunan tanah sekitar 8 cm selama 3 bulan penelitian.
“Rencananya memang awal Bulan Maret, tim ahli ITS meneliti banjir di dua desa tersebut. Rekomedasi dari mereka akan digunakan Pemkab Sidoarjo untuk penanganan jangka panjang. Namun rekomendasi mereka hingga sekarang belum keluar karena terkendala covid-19. Saat ini pemerintah masih fokus penanganan pandemi ini,” imbuh Dwijo. (Satria)