KOTA, SIDOARJONEWS.id – Di kalangan seniman di Sidoarjo, nama Ali Aspandi bukan lagi nama yang asing.
Selain aktif sebagai seorang seniman, Ali Aspandi juga menjabat sebagai ketua di Dewan Kesenian Sidoarjo.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa Ali Aspandi juga memiliki latar belakang pendidikan hukum. Ya, gelar SH (Sarjana Hukum) bertengger di belakang namanya.
Tidak hanya sekadar gelar akademik semata, pria kelahiran Lamongan ini juga berprofesi sebagai lawyer.
“Saya juga lawyer malah. Namun saat ini lebih fokus mengembangkan seni dan budaya di Sidoarjo,” ujarnya saat ditemui seusai membuka pameran lukisan, Jumat (2/10).
Ali Aspandi menceritakan, sebenarnya seni merupakan panggilan jiwanya sejak ia kecil. Namun karena orang tua kurang menghendakinya, Ali Aspandi terpaksa berkuliah di bidang hukum dan menjelma sebagai praktisi hukum.
Meski bertahun-tahun bergelut dengan dunia hukum yang jauh berbeda dengan seni, hasratnya untuk berkarya di bidang seni tidak pernah padam.
“Kuliah hukum seperti pelarian saja karena orang tua tidak setuju saya berkarir di bidang seni,” ujarnya.
Meski demikian, seniman kawakan yang menggeluti bidang seni lukis dan sinematografi ini kerap memasukkan unsur hukum dan kritik sosial pada karya-karyanya. Beberapa kali ia melukis gadis berbusana daerah dengan membawa pedang dan neraca, ciri khas dewi justitia dalam bidang hukum.
Begitu pula pada batik yang ia kenakan saat itu. Batik yang ia buat sendiri, dibubuhi lambang-lambang hukum seperti palu hakim, kitab, dan dewi justitia di bagian belakangnya. Begitu pula pada karya film indie nya yang kerap bertemakan kritik sosial.
Panggilan jiwa untuk menggeluti bidang seni membuatnya berani mengemban amanah memimpin Dewan Kesenian Sidoarjo periode 2018-2023.
Kesempatan ini tidak ia sia-siakan, ia ingin mengembangkan seni dan budaya di Sidoarjo agar tidak lagi dilirik sebelah mata. Menurutnya, pembangunan seni dan budaya di Sidoarjo belum menjadi piroritas utama pemerintah kabupaten. Padahal, seni dan budaya bisa menjadi katalis perekonomian sebuah kota.
“Lihat saja Jember dan Banyuwangi, saat ini seni dan budayanya sudah mulai masuk dalam sentral perekonomian kota,” ujarnya.
Ali Aspandi berharap, pada pemerintahan yang akan datang, seni dan budaya dapat ditingkatkan lagi kualitasnya. Baik kualitas karya seninya, maupun kualitas pemasarannya. Sehingga kesejahteraan para seniman dapat membaik, serta dapat pula mendorong perekonomian kota. (Affendra Firmansyah)