SUKODONO, SIDOARJONEWS.id – Calon Kepala Desa Pekarungan di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Hartono masih menunggu hasil tindaklanjut laporan atas dugaan money politic yang terjadi saat Pilkades pada Minggu, (20/12) kemarin.
Sebelumnya, timnya menangkap basah salah seorang warga yang tengah bagi-bagi amplop kerumah-rumah warga untuk memilih calon tertentu.
Hartono mengungkapkan peristiwa itu terjadi pada saat pencoblosan pemilihan kepala desa sedang berlangsung.
Seorang perempuan yang diduga membagi-bagikan amplop tersebut akhirnya mengakui setelah diminta klarifikasinya oleh perangkat BPD desa Pekarungan.
“Sejak awal memang sudah kami persiapkan. Kita kan sudah tahu kebiasaan mereka. Bahkan kami sudah siapkan tim busernya. Tim mereka yang biasanya bagi-bagi duit itu terus kita pantau, sampai tidak ada kesempatan untuk membagi. Bahkan sampai shubuh sebelum pencoblosan,” ujar Hartono, Selasa (22/12/2020).
Namun, lanjutnya, sejak ditugaskan menjadi saksi di TPS, dia mengakui bahwa pengawasan sudah mulai kendor. Meski sekitar pukul 08.00 wib, timnya mendapati seorang warga yang tiba-tiba masuk ke rumah warga lainnya, kemudian tidak lama keluar lagi.
“Kami lihat Si A (inisial) masuk ke rumah pak S, dan enggak lama akhirnya keluar. Setelah kami tanyakan langsung ke rumah pak S, Tadi ada yang masuk kesini ya, iya benar. Dan mereka mengaku kalau memang ada yang ngasih, dan memberi pesan. Jangan lupa nomor dua,” cerita Hartono.
Setelah itu, pihaknya melaporkan dugaan money politic tersebut kepada Badan Perwakilan Desa (BPD) setempat. Hingga dilakukan klarifikasi terhadap si penerima dan pemberi maupun saksi.
“Kami serahkan semuanya baik bukti video, amplop, dan lain-lain,” tegasnya.
Dia tak mempermasalahkan kalah dalam penghitungan suara, sebab laporan itu sudah dilakukan sebelum pencoblosan berakhir. Dengan harapan, kebiasaan seperti ini tidak terjadi di masa yang akan datang.
Sementara, Ketua BPD Desa Pekarungan, Kecamatan Sukodono, Hendro membenarkan atas laporan tersebut. Menurutnya setelah menerima informasi dari warga, pihaknya langsung memanggil yang bersangkutan.
“Laporan terhadap seseorang yang diduga melakukan penyuapan. Setelah itu, kami mencoba memanggil semua yang ada, dan mencoba mengklarifikasi. Apakah betul kejadiannya, siapa yang memberi dan siapa yang menerima,” ujar Hendro.
Meski demikian, pihaknya belum bisa membeber hasilnya, sebab hasil dari klarifikasi yang dilakukan BPD akan disampaikan dalam sebuah berita acara untuk diserahkan kepada Pemerintah Masyarakat Desa (PMD), dengan tembusan Kapolres, Kapolsek, Danramil hingga Camat.
“Karena nantinya mereka yang akan mengkaji. Yang jelas pada saat kami minta klarifikasi, posisi si penerima itu tidak menerima langsung dari si pemberi. Tapi dari anaknya,. Entah tujuannya apa,” jelasnya.
Dalam waktu dekat, berita acara tersebut akan diserahkan kepada pihak berwenang. Meski demikian, dari hasil penghitungan suara kemarin, sudah diketahui pemenangnya. Yakni Effendi.
Diketahui, Effendi merupakan pasangan calon nomor urut 2 dengan hasil suara sebanyak 1.386 suara. Dia merupakan mantan kepala desa dua periode. Setelah itu, mandat kepala desa dijabat oleh istrinya yakni Sri Udjiati Effendi. Sri Udjiati kabarnya juga menjabat kepala desa sebanyak dua periode.
Sementara calon nomor urut 1, yakni Hartono yang mendapat suara 1.239 suara, calon nomor urut 3 mendapat suara 765, dan calon nomor urut 4, Askur mendapat suara sebanyak 409 suara. (hadi)
Politik dinasti perllu dikaji….tidak sehat utk demokrasi….. Biar gak jd empire
Menang dgn cara yg tdk jujur .. Ayo rek kita dukung perubahan di pekarungan
Semoga masalah ini bisa segera di tindak lanjuti agar semua lebih jelas mana yg benar dan mana yg salah. Ini semua untuk menciptakan desa yg lebih maju jujur dan adil…